Sabtu, 19 Juli 2025

Bab 10 Panen Raya

(Halaman 32)

Saat panen jagung, semua warga turun tangan. Ada yang bertugas memanen, mengumpulkan jagung hingga memipil biji jagung. Tanda-tanda jagung siap panen ketika daun jagung menguning dan bagian tongkolnya mengeras. 

Fauzi dan kakaknya paling senang bagian memanen jagung. Caranya gampang, tongkol jagung dipuntir ke sampiruang lalu ditarik agar lepas dari batangnya. Setelah dipanen, jagung harus dikeringkan agar kadar airnya berkurang dan bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal. 

Masyarakat berbahagia karena tahun ini panen berhasil! Bapak pun berencana menjual hasil panennya tak hanya lewat tengkulak, tapi juga ia mencoba jualan live di media sosial. Panen selesai, waktunya tiba untuk mengeringkan jagung-jagung hasil panen. Butuh beberapa hari untuk mengeringkan jagung dengan menjemurnya, tergantung cuaca ya. Saat itu, warga desa Siraman banyak berdoa semoga cuaca terik agar jagung cepat kering. 

Syukurlah, tahun ini cuaca bersahabat. Panas terik melanda Gunungkidul dan disambut sukacita. Tibalah waktunya untuk merontokkan biji jagung! Anak-anak dan orang dewasa mulai meringis. Waktunya tangan lecet-lecet! Huhu.

(Halaman 33)

Tapi, tahun ini tak terjadi lagi. Alat perontok jagung karya Fauzi dan Marwan dibantu Kakek sangat berjasa. Alat perontok jagung berhasil memipil jagung-jagung lebih banyak dan cepat! Petani lain pun kagum dan bergantian meminjam alat perontok jagung untuk merontokkan hasil panen mereka. Desa Siraman berseri-seri berkat para penemu cilik. 

Ibu tak kalah bahagia dan bangga. Kini, ia bisa membuat criping pisang dan ketela lebih mudah dan cepat berkat alat perontok karya anak-anaknya. Ia bisa memproduksi keripik lebih cepat dan hemat tenaga. Ibu punya waktu istirahat lebih banyak sekarang.

"Bapak, hasil panennya kan melimpah. Jangan lupa janjinya ya, tambahin uang laptop!" bisik Fauzi.
Bapak terkekeh, "Siap Prof, minggu depan kita ke kota ya beli laptop!"
"Matur nuwun, Pak!" Fauzi menghambur memeluk bapak. Marwan tersenyum-senyum di belakangnya. 
"Kita berhasil, Mas!"
"Terus, aku dapat apa?" 
"Aku belikan kamu buku-buku sejarah dan sains deh!  Ori!" 
"Asyik!"
Semuanya tertawa.

Kamis, 17 Juli 2025

Tokoh dan Karakter Penemu Cilik

1. Fauzi Adrian Habibie

-Lahir di Yogya, 15 April 2013 (usia 12 tahun)

-Kelas 6 SDN Siraman.

-Anak kedua dari dua bersaudara.

-Putra Bapak dan Ibu.

-Tinggi badan: 155 cm dan berat 49 kg (tinggi kurus)

-Kulit: sawo matang

-Rambut: lurus dan cepak.

Sifat internal: Rasa ingin tahu besar, suka mencoba hal baru, keras kepala dan tidak sabaran.

Sifat eksternal: Suka belajar dan mengutak-atik benda. 

Kebiasaan unik: suka bawa tas berisi peralatan dan memungut benda apa saja. 


2. Adimas Marwan Hatta

-Lahir di Yogya, 10 Januari 2012 (usia 13 tahun)

-Kelas 7 SMP Siraman.

-Anak pertama dari dua bersaudara.

-Putra Bapak dan Ibu.

-Tinggi badan: 157 cm dan berat 52 kg (tinggi berisi)

-Kulit: sawo matang

-Rambut: keriting dan agak panjang

Sifat internal: Jahil, dan suka menolong, 

Sifat eksternal: Suka olahraga, suka baca. 

Kebiasaan unik: Omongannya kayak kamus berjalan

Bab 7 Si Panjang Tangan

(Halaman 20)

Ada si panjang tangan! 

Berkali-kali, anak-anak sekelas kehilangan barang. Dompet Ruri hilang, kotak bekal Farah juga. Eh, terakhir, topi keren Wisnu raib. Padahal, baru dibelikan Bapaknya saat tugas ke Jakarta. Satu kelas tentu saja resah.

"Kita harus menangkap pelakunya." Ruri menangis.

"Caranya?"

Rustam mengedikkan bahu, bingung. Alif sang ketua kelas tersenyum, "Kita jebak pelakunya!" 

Fauzi tertawa. "Aku punya ide lebih cemerlang. Kita takut-takuti pencurinya!"

Anak-anak sekelas menatap anak kurus itu penasaran. Ia tak peduli. Malah mengeluarkan tas kecilnya. Berbentuk segi empat, terbuat dari kulit imitasi berwarna cokelat lusuh. anak-anak semua tahu apa isi tas itu. 

Ya, tas bapak-bapak itu berisi berbagai peralatan ajaib Fauzi. Mulai dari kabel bekas, hingga baterai. 

"Beri aku waktu. Nanti aku jelaskan semuanya."

(Halaman 21)

Fauzi mengeluarkan peralatannya, ia meminjam ponsel ketua kelas. "Untuk apa?"

Anak-anak kembali ke bangkunya, sambil menyimpan penasaran. Apa yang akan dilakukan anak itu? 

Sebelum jam istirahat, Fauzi, Lili, Wisnu dan Alif berembuk. Ketika anak-anak keluar kelas, mereka melancarkan aksinya. Fauzi meletakkan ponsel Alif di atas rak buku dibalik vas bunga. 

"Aman."

"Kalian jajan saja. Biar aku tunggu di sini." ujar Alif.

"Aku temani. Nggak boleh banyak yang menunggu nanti ketahuan." timpal Fauzi.

Wisnu dan Lili mengangguk dengan berat hati, mereka penasaran siapa pelakunya!

"Pinjam ponselmu, Li!" Fauzi mengingatkan. 

Lili menyodorkan ponsel. Fauzi dan Alif pun bersembunyi di atas pohon depan kelas. Kelas mereka letaknya paling ujung dan sepi jarang dilalui orang.

Bu Agni lewat. Tetapi, ia hanya merapikanpot  bunga di depan kelas mereka. Lalu, ada anak kelas lima melewati kelas berdua. 

(Halaman 22)

Fauzi dan Wisnu deg-degan. Apakah mereka pelakunya?

Ternyata, mereka hanya mengambil bola milik sekolah di rak perlengkapan depan kelas.

Alif duduk dengan gelisah di batang pohon,"Duh, aku lapar!"

"Sabar, mau kuperlihatkan gambar mi ayam?"

Tak lama, mas Ading berjalan santai depan kelas. Bahu Fauzi menegang. 

"Nggak mungkin Mas Ading.." desis Alif. 

Lelaki muda penjaga sekolah itu celingukan kiri kanan. Lalu, membuka pintu kelas yang tak terkunci. 

"Masa sih dia?" Fauzi memberikan ponsel Lili pada Alif. "Siap-siap, ya. Kalau dia sudah melancarkan aksinya, laksanakan sesuai rencana!" 

Alif mengangguk tegang. Mas Ading berkeliling, membuka satu-persatu tas anak-anak. Gerakannya terlihat jelas dari atas pohon. Ia menemukan dompet di dalam tas Sawitri, ia tersenyum mengintip isinya. Lalu, memasukkan duitnya ke saku celana. 

(Halaman 23)

Fauzi menepuk jidat. Dompet anak itu ada isinya. Dia mau beli buku cerita pulang sekolah! Duh! 

"Sekarang!" perintah Fauzi.

Alif mengangguk, lalu menelpon ke ponselnya. Tak lama, suara cekikikan hantu terdengar seantero kelas! Seram sekali, Alif dan Fauzi merinding!

Mas Ading terpaku. Celingukan ke kiri dan kekanan dengan wajah pucat pasi. Fauzi merekamnya. Ia mundur ke arah papan tulis, lalu tersandung kaki meja dan tersungkur di depan kelas!

"Ampun, ampun, tak lagi-lagi!" Ia merogoh sakunya, melempar uang tadi dan berlari ke koridor yang sepi.

Alif dan Fauzi saling tos. "Yes, berhasil!"

Tak lama, mereka melapor ke wali kelas, Pak Ono. Mas Ading yang ramah itu dipanggil pak kepsek dan diinterogasi hingga mengaku. Ternyata, ia terjerat pinjol dan nekad mencuri. Mas Ading mengembalikan barang-barang curiannya sebelum dipecat dari sekolah. 


Rabu, 16 Juli 2025

Bab 3 Impian Fauzi

(Halaman 7)

"Penemu sering dianggap aneh dan nyentrik. Sepertinya kamu termasuk deh." ejek Marwan. 

Fauzi yang saat itu sedang berusaha membuat es batu kopi susu anti ngantuk di freezer mengangguk. "Aku aneh tapi keren!" 

Marwan melengos. 

"Coba ganti kopinya dengan durian pasti lebih enak!"

Fauzi melengos. "Aha, selesai!" 

Ia kembali menonton video review laptop di ponselnya. Gadgetin, itu nama akun Yutub reviewer laptop itu. Ia sudah lama ingin memiliki laptop yang dibahas David itu. Kalau punya laptop, ia pasti selangkah lebih dekat dengan cita-citanya menjadi penemu cilil. 

Selama ini, ia hanya punya ponsel butut lungsuran dari Mas Marwan. Yang penting, bisa dipakai untuk berinternet. Tapi, susah banget untuk membuka video, lambat dan patah-patah. Baru kali ini ia begitu menggebu-gebu ingin punya laptop. 

Ia ingin mengikuti kelas elektronika online dengan dosen di Jakarta. Pak Wahab, dosen itu punya akun Yutub yang sering mengajarkan cara-cara membuat alat. Akun Yutub inilah yang selalu ia intip dan pelajari. Sayangnya, kelas itu diadakan via Zoom dan ponsel Fauzi tak bisa menginstalnya. Ia ingin sekali punya laptop dan belajar langsung dari idolanya. 

(Halaman 8)

"Akk, aku pengen laptop!" 

Fauzi tahu, harganya tidak murah. Bapaknya seorang petani jagung di Desa Siraman, Wonosari tak punya banyak uang. 

Fauzi punya tabungan di bank. Ia sering menang lomba menggambar hingga tingkat provinsi. Uangnya selalu ia tabung. Tapi, untuk beli laptop tabungannya belum cukup. Bapak pernah janji, kalau panen jagungnya berhasil Bapak akan menambah uang untuk membeli laptop. 

Fauzi yakin, ia pasti ia makin banyak menemukan alat-alat baru jika punya laptop. Laptop akan memudahkan ia membuat rancangan desain, mencari referensi dan juga belajar tentang elektronika.

Perjalanan jagung untuk panen butuh waktu lama. Sedangkan, kebutuhan Fauzi untuk memiliki laptop sangat darurat. Mulai dari proses panen, pengeringan hingga memipil jagung. Proses memipil jagung saja butuh berhari-hari.

(Halaman 9)

"Sabar, sebentar lagi panen. Doakan Bapak biar panennya berhasil!" 

Fauzi menghela napas. "Panen jagung kan butuh waktu lama, Mas. Apalagi, kita harus membantu Bapak memipil biji jagung. Itu tugas yang berat dan bikin pegal. Duh, kapan Bapak bisa menambah uang Fauzi untuk beli laptop? Fauzi pengen sekali ikut kelasnya pak dosen bulan depan!"

Mas Marwan nyengir, "Mas punya banyak duit. Duit monopoli, kamu mau Mas belikan laptop?" candanya. 

Fauzi melirik kakaknya sadis. "Laptopnya tapi dalam bentuk gambar ya?"


Premis dan Sinopsis Baru

Premis:

Seorang anak yang keras kepala menginginkan laptop, tapi orangtuanya tidak bisa membelikan karena panen jagung belum bisa langsung dijual, untuk itu dia berusaha membuat alat untuk mempercepat merontokkan jagung agar bisa segera dijual dan membeli keinginannya.

Sinopsis:

Fauzi Adrian Habibie adalah seorang anak yang kreatif tapi keras kepala dan grasa-grusu. Sejak kecil, ia hobi mengutak-atik barang karena penasaran. Ia suka barang elektronik, baca ensiklopedia dan hobi nonton yutub tutorial.  Ia ingin jadi penemu hebat seperti Pak Habibie. Ia dijuluki profesor di rumah dan sekolah. Beda dengan kakaknya Marwan yang badannya kuat karena suka olahraga.

Sehari-hari, ia suka diminta tokong keluarganya untuk memperbaiki apa saja. Misalnya hp ibu yang nggak bisa WA ternyata kepencet mode pesawat. Bapak nggak bisa buka web berita ternyata kuota habis.

Ia pernah membongkar kipas angin kesayangan ibu karena penasaran kok kipasnya muter. Akibatnya, ibu nyaris nangis karena gunungkidul sedang hot-hotnya. Kakaknya yang nggak bisa tidur gelap jadi masalah karena Fauzi tak bisa tidur kalau terang padahal mereka sekamar. Fauzi pun membuat lampu tidur dari kardus bekas. 

Ia punya ide membuat robot pel sederhana ketika main ke apartemen Bulik Raya si pusat Yogya. Ibu pun terbantu walaupun bentuknya aneh. Suatu hari, para petani mau panen jagung. Fauzi dan Marwan mau kabur karena tugas mereka memipil biji jagung bikin tangan luka. Fauzi pun ada ide bikin alat perontok jagung otomatis tapi kesulitan membuatnya. Dibantu kakaknya, ia berhasil membuat alat perontok jagung dan panen ayahnya sukses. Ia berhasil membeli laptop idamannya.  

(Cerita ini kisah Ahnaf, peneliti cilik dari Gunungkidul yang menemukan alat perontok jagung otomatis dan membantu warga desanya lebih produktif)

Daftar Isi:

Bab 1 Laboratorium Profesor Fauzi.
Bab 2 Profesor Fauzi Jago Segalanya
Bab 3 Impian Fauzi 
Bab 4 Mengulik Kipas Angin Ibu
Bab 5 Merancang Alat Perontok Jagung
Bab 6 Lampu Kamar Marwan.
Bab 7 Si Panjang Tangan
Bab 8 Robot Pel Canggih 
Bab 9 Bantuan Kakek
Bab 10 Panen Raya

Bab 1 Laboratorium Fauzi

(Halaman 1)

Ngeng..ngeng..

Fauzi melepas kacamata kerjanya. Ia menghela napas lega. Memandangi alat ciptaan terbarunya. Ia memberi nama alat itu Bangun Pagi Buta untuk teman sebangkunya, Lili. 

Anak perempuan berambut keriting itu paling susah bangun pagi. Ia selalu terlambat ke sekolah dan meminta bantuan Fauzi untuk cari solusinya. Bagaimana caranya agar Lili tak terlambat ke sekolah lagi?

Fauzi memandang sekelilingnya. Sebuah ruangan 3x4 meter yang berisi dua rak dari tripleks berisi berbagai macam barang dan meja besar di tengah-tengah. Rak dan meja itu buatan Bapak. Ini adalah tempat kesukaannya. 

Tadinya, itu gudang penyimpanan jagung milik Bapak. Tapi, karena terlalu sempit, Bapak membangun gudang baru lagi di sebelahnya. Gudang itu pun terbengkalai. Fauzi lalu meminta izin Bapak untuk menggunakan gudang itu. Sekarang, itu bukan gudang. Tapi, laboratorium di mana ia bekerja menciptakan berbagai barang keren. 

(Halaman 2)

"Ini sih bukan laboratorium, tapi gudang rongsok!" ledek Mas Marwan, kakaknya. 
"Enak saja! Ini bukan barang bekas, tapi bahan-bahan yang nanti kubutuhkan untuk membuat alat baru!" timpal Fauzi. 
Kedua kakak-beradik itu memang hobi bertengkar, tapi cepat berbaikan lagi. 

"Itu alat apa?" Marwan mengernyitkan kening melihat barang aneh di meja. Tapi, adiknya memang selalu bikin barang aneh. 
"Ini namanya Bangun Pagi Buta!" Fauzi memamerkan alat ciptaan terbarunya, bangga. 

Alat itu berupa kipas angin mini yang dirakit dengan pompa mini, microcontroller esp32 dan rtc module. Alarm dipasang pukul 5 subuh. Tepat pukul lima, kipas angin bakal menyala otomatis dan menyemprotkan air ke wajah Lili!" 

Marwan geleng-geleng. "Mahal dong harga alat ini?"
Fauzi menepuk dada, bangga. "Tentu tidak, microcontroller hanya 12 ribu, pompa mininya pinjam dari akuarium Mas!"
Marwan melotot. "Hah, bagaimana nasib ikanku?"
"Tenang, Ikan bernapas dengan insang, bukan pompa."
"Awas kamu!" Marwan langsung mengejar Fauzi yang cekikikan.

(Halaman 3)

"Fauzi, terima kasih. Berkat alatmu, aku bisa bangun pagi tepat waktu. Walaupun, airnya sempat masuk hidungKU sih!" Lili menyambut Fauzi di selasar sekolah. 
Kedua sahabat yang duduk di kelas 6 SD Mekarsari Gunungkidul itu memasuki kelas. 
"Ini untukmu," kata Lili menyodorkan bungkusan plastik. "Hadiah dari Bapakku."

"Asyik, bapakmu baik sekali!" Fauzi membuka kantong, matanya berbinar menatap isinya. Ada lem tembak, obeng kecil, pengasah pisau, dan alat-alat lainnya.
"Terima kasih kata bapakku, aku jadi nggak telat masuk sekolah lagi." Lili tersenyum. Bapak Lili adalah seorang pengusaha gabah di desa mereka. 
"Sama-sama, terima kasih pada bapakmu sudah mendukung karirku ya!"



 

Senin, 14 Juli 2025

Bab 5 Merancang Alat Perontok

(Halaman 12)

"Marwan, Fauzi, nanti bantu bapak merontokkan biji jagung ya!" 

Fauzi dan Mas Marwan langsung memberi hormat pada bapak. Kebiasaan setiap tahun di kampung mereka semua orang dikerahkan untuk memanen jagung, tanaman yang jadi kebangaan kampung mereka di Gunungkidul. 

Fauzi menghela napas. Memanen jagung beramai-ramai memang menyenangkan. Biasanya, warga kampung yang sedang merantau pun pulang untuk panen. Suasananya meriah banget dan pemuh kebahagiaan. Ada syukuran setelah panen di mana mereka menikmati panen jagung yang manis dan pulen. Akk!

Bagian tersulit dari memanen jagung adalah merontokkan biji jagung! Akk, keduanya paling benci soalnya biji jagung harus dipisahkan dari tongkolnya. 

Biji jagung perlu dirontokkan dari tongkolnya agar mudah diolah lagi misalnya jadi tepung jagung dan pakan ternak. Biji jagung juga lebih mudah disimpan ya! 

(Halaman 13)

Sebelum dirontokkan, jagung perlu dijemur dulu biar kering. Setelah itu masuk deh tahap berikutnya. 

Caranya? Pakai tangan atau pisau! Huaa, keras banget lho. Jari-jari Fauzi sering lecet saat bertugas. jadinya butuh waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Nggak efisien dan boros waktu. Makin lama deh Fauzi bisa beli laptop! masih berbulan-bulan lagi. Keburu Pak dosen selesai kuliahnya! Huhu.

"Apa kita kabur saja kak?" bisik Fauzi. 
"Hush, kasian bapak dong, kekurangan tenaga kerja!" timpal Marwan. "Bukannya kamu ingin beli laptop? mestinya makin giat bantu Bapak!" 
Fauzi manggut-manggut. "Bagaimana kalau kakak aku bayar tenaganya menggantikan aku?"Marwan merengut. "Kayak punya uang saja kamu! tabunganku lebih banyak dari kamu!"

Fauzi terbahak. 

"Bagaimana caranya ya biar kita nggak usah merontokkan jagung pakai pisau atau tangan? Pas pakai pisau, ingat Anto? tangannya berdasrah dan harus dijahit!" Fauzi bergidik. "Adakah Doraemon punya alat perontk biji jagung?" Marwan menerawang jauh. "Bagaimana kalau kita bikin alat untuk merontokkan biji jagung? jadi, nggak usah pakai tangan atau pisau."

(Halaman 14)

"Iya sih, kalau pakai alat, produktivitas kita lebih meningkat. biji jagung bisa dirontokkan lebih mudah dan cepat. nggak makan korban tangan terluka!"

Mas Marwan memutar otak, mereka berdua telungkup di depan televisi. mencoret-coret selembar kertas . 
"Kalau bisa, bahannya yang mudah didapat dan murah soalnya tabunganku menipis." gumam Marwan.
 "Pakai pisau yang bisa diputar otomatis gitu ya? susah ngga ya buatnya?" Ia menggatuk hidungnya. 
"Ih, jangan ngupil, kertasnya kotor!" marwan menjauh. 
Fauzi menunjukkan gambarnya. Ini ada pisau gitu yang kalau jagungnya dimasukkan nanti dipipil otomastis..hanya jalankannya pakai tuas atau apa ya?"

Ah, mumet! Fauzi jadi pengen makan jagung bakar oles mentega!



https://kabarhandayani.com/inilah-alat-yang-diciptakan-ahnaf-sehingga-masuk-finalis-kjsa-2016/

Minggu, 13 Juli 2025

Bab 9 Alat Perontok Jagung!

(Halaman 28)

"Mas, jagung kalau digesekkan dengan benda gitu kan bisa lepas sendiri bijinya ya?" Fauzi mengernyitkan kening.

"Pakai apa ya, barang yang nggak bikin biji jagungnya hancur. Kalau bijinya hancur, berarti gesekannya terlalu kuat ya? Bisa-bisa Bapak dan para petani ngamuk karena kita merusak biji jagung yang berharga!" Fauzi mencoret-coret. 

"Pakai apa ya? pisau?" 

Marwan menggeleng. "Kalau pakai mata pisau, pasti hancur dek!"

Mereka berdua sedang duduk di teras, bapak sedang memanaskan motornya sebelum berangkat berladang. Motornya distandar dua di teras. Bannya berputar. 

Fauzi mengambil jagung di dalam rumah lalu meletakkannya di dekat ban yang berputar. Eh, berhasil! biji jagungnya lepas! Walaupun beterbangan, di mana-mana.

"Aha, kita pakai ban bekas saja! geriginya bisa merontokkan jagung!" marwan bersorak. "Eureka!" 

(Halaman 29)

Dengan gagasan itu, Fauzi membuat sketsa kasar di buku gambarnya. "Kalau bisa pakai bahan bekas saja ya, mas. Biar lebih murah biayanya."

Marwan mengangguk setuju, "Kita coba saja. Mas punya ban bekas di gudang. Pakai itu saja!" 

"Kita pakai tuas untuk memutar rol atau pakai dinamo?" Marwan memutar otak.

"Keduanya saja. Jadi, kalau mati listrik tetap bisa kerja!" Fauzi tersenyum lebar. 

"Kita butuh dinamo kecil untuk penggerak, pipa PVC dan saringan.."

"Kalian sedang apa?" Kakek mendekat. Rumah Kakek letaknya di sebelah rumah mereka.

(Halaman 30)

Marwan menceritakan ide mereka. Kakek mengangguk. "Kita bisa membuat kotak kayu untuk biji yang sudah dipipil jadi tak berceceran." usul Kakek. "Kakek bisa bantu!"

Kakek adalah seorang tukang kayu andal. Fauzi berbinar-binar, mereka bertiga diskusi tentang alat perontok jagung. Kakek memberikan saran-saran.

"Kek, Ibu tuh sering kesulitan mengiris pisang dan singkong untuk dibuat criping. Ada usul nggak Kek?" Fauzi teringat ibunya yang bersusah-payah setiap hari.

"Ah, bagaimana kalau kita pasang mata pisau otomatis di bagian samping ? Jadi, bisa mengiris pisang dan ketela lebih cepat?" usul Mas Marwan. "Ibu nggak kecapekan lagi kalau bisa mengiris otomatis.

"Aku punya mata pisaunya di lab!" Fauzi berlari ke gudang.  "Bekas punya kakek!"

 Kakek mengangguk. "Kakek bisa bikin lingkaran dengan beberapa pisau, terus kalau diputar tuasnya, pisangnya bisa terpotong rapi!" 

"Keren!" seru Fauzi dan kakaknya. 

Tak lama, gambar mereka pun jadi. 

Marwan menelpon Bulik Raya, janjian membeli barang-barang dibutuhkan. 

Ban bekas dibentuk rol untuk menggesek jagung.

Motor kecil dari mesin wiper bekas sepeda motor.

Rangkap saringan untuk memisahkan biji jagung dari serpihan tongkol.

Membuat rangka sederhana dari kayu, sebagai dudukan motor dan juga lingkaran pisau.

(Halaman 31)

Keesokan harinya, Kakek datang dengan membawa kotak kayu. "Kalian bisa meletakkan rol ini di dalamnya.  Marwan memasang motor yang terhubung ke rol karet lewat sabuk kecil. Ketika motor menyala, rol akan berputar.

Cara kerjanya mudah, nyalakan alat. Rol akan berputar, kita tinggal memegang tongkol jagung dan ban akan menggesek tongkol jagung hingga biji terlepas! Kali ini, tidak beterbangan karena biji yang dipipil langsung masuk ke kotak kayu yang dibuat kakek. Hebat!

Percobaan pertama, rolnya kurang bergerigi, biji jagung tidak lepas! Huhu. marwan mengganti bannya. percobaan kedua, putaran rol terlalu kencang, biji jagung beterbangan! Muka Mas Marwan kena serangan biji jagung. Ketiganya terbahak.

Fauzi dan Marwan berkali-kali menguji: mengganti ukuran rol, menyesuaikan kecepatan motor, menambah sudut guna mencegah jagung melompat keluar, hingga menambah rangka pelindung agar lebih aman.

Berkali-kali mencoba, akhirnya mesin mereka berhasil memipil biji  satu tongkol jagung15 detik! Hasilnya bersih, biji tidak pecah, dan daya listriknya pun sangat rendah—cukup pakai aki motor kecil.

"Hore, kita berhasil!" ketiganya jejingkrakan dan berpelukan.


Bab 8 Robot Pel Canggih

(Halaman 24)

Hari Minggu, Fauzi dan Mas Marwan pergi ke Kota Yogya. Mereka akan mencari bahan-bahan untuk membuat mesin perontok jagung. Toko peralatan listrik di kota lebih lengkap. Mereka diajak ke rumah kontrakan Bulik Raya, adik Ibu mereka. 

Betapa terkejutnya mereka, ketika melihat ada robot pengepel canggih di rumah Bulik! Ya, Adik Ibu bekerja sebagai arsitek dan tinggal sendiri di sebuah rumah mungil tak jauh dari Jalan Malioboro. Bulik Raya, sering mengajak mereka menginap di rumahnya.

Fauzi paling suka main ke rumah Bulik Raya. Rumahnya mungil dan asri. Ia juga punya banyak alat elektronik keren! Semua barang ada yang di ensiklopedi Fauzi ada di rumah Bulik. Kecuali robot asisten rumah tangga dan mesin minuman otomatis sih. Memangnya, mal?

"Wow, bulik cool!" 

Anak itu nyaris menangis dan memeluk Bulik Raya.

"Benar kan? Sudah kuduga, kamu pasti happy banget kayak lihat mobil sport!" Bulik Raya bangga.

"Ah, dia sih memang anak aneh," Mas Marwan menggeleng, melahap roti dagingnya. 

(Halaman 25)

Fauzi kegirangan, mesin pel ini idamannya! Canggih banget. Bulik Raya meraih remote lalu mengaktifkan robotnya. Robot itu menggelinding perlahan mengitari seluruh ruangan. Bulik malah merobek selembar kertas dan menghamburkannya di lantai. Dengan tenang, robot pengepel menjangkaunya dan dengan sekejap lantainya bersi dari kertas! amazing. 

"Hebat banget!"

Ia jadi ingin membuat alat pel seperti itu. Bagaimana caranya membuat alat ini dari barang-barang bekas dan sederhana?

Mas Marwan menggeleng. "Jangan bilang, kamu kepikiran ingin membuat pengepel ini! Kita harus fokus membuat mesin perontok jagung! Ingat, dana kita terbatas!"

Bulik Raya mendekat. "Kalian mau bikin apa?"

Fauzi menjelaskan proyek mereka demi mendapat laptop dari Bapak. Bulik mengangguk dan berbinar matanya mendengarkan ide mereka.

(Halaman 26)

"Kalian hebat. Bulik mau menginvestasikan dana untuk kalian membuat proyek ini. Kalian mau?"

"Bulik mau dapat bagian berapa persen?" tanya Marwan. 

Bulik terbahak, "Kalian tak hanya penemu tapi juga pebisnis sejati."

Mereka pun berjabat tangan puas setelah mencapai kesepakatan.  

"Sekarang, aku penasaran pengen bikin alat pel ini!" Fauzi bersikeras. 

Marwan menggeleng. "Dasar keras kepala!" 

Fauzi memeletkan lidahnya. Ia mengeluarkan tas ajaibnya, mengambil selembar kertas dan pena. 

"Bagaimana kalau bikin seperti ini?" tanyanya, mencoret-coret desain. 

"Wah kotaknya pakai apa?"

"Bulik, punya kotak bekal bekas?" Ia menatap Bulik penuh harap. 

"Ah, kotak bekal bulik terpaksa dikorbankan!" 

(Halaman 27)

Siang itu, Bulik Raya mengajak mereka beli barang-barang yang dibutuhkan untuk membuat alat pel otomatis yaitu dinamo mini gearbox dan pompa air mini juga saklar dan konektro baterai di toko.  

Kebetulan, Bulik punya CD bekas dan pipa PVC di rumahnya. Pulang ke rumah Bulik, Fauzi mengutak atik barang bekas itu. Dibantu Mas Marwan. 

Ia memasang dua buah dinamo mini di kotak bekal yang dilubangi. Wadah ini akan berisi baterai dan kabel. Kemudian, satu wadah lagi dilubangi dan diberi pompa mini untuk tempat air. Ia memasang saklar mini pada gagang pipa PVC untuk dinamo. Sedangkan saklar tekan untuk pompa mini.

Fauzi lalu menyambungkan kabel di pipa pada dinamo motor dan baterai di kotak bekal tadi. Mas Marwan menempelkan tali kain yang sudah dipotong pada CD bekas untuk jadi pengepelnya. Fauzi mencoba memasukkan air dan cairan pel pada kotak atas berisi pompa mini. Ia tekan saklarnya, airnya menyembur! Bulik mencoba mengepel ruangan dan berhasil! 

"Wah, hadiahkan pada Mbakyu, pasti happy! nggak perlu bungkuk-bungkuk sakiyt punggung mengepel!" Bulik Raya bersorak bangga. 



Bab 6 Lampu Tidur Kardus

(Halaman 15)

"Mas, matikan lampunya! aku nggak bisa tidur!" gerutu Fauzi.
"Jangan, nanti aku yang nggak bisa tidur!" erang kakaknya, membalikkan badan di tempat tidurnya. 
"Dasar egois!" Fauzi bangkit dari tempat tidur lalu keluar kamar.

Fauzi lelah dan mengantuk. Berjam-jam, ia dan kakaknya merancang desain alat perontok jagung. Ia butuh tidur. Tapi, kakaknya egois. Mau menang sendiri. Ia berbaring di amben depan televisi. Menarik sarungnya untuk mengusir rasa dingin. 

"Mas Marwan nggak usah ikutan proyekku lagi! aku bisa sendiri!" ujarnya, marah.

Ya, Mas Marwan yang cerdas dan jago olahraga itu juga punya kelemahan. Anak SMP kelas 7 itu takut gelap! Memang, manusia tak ada yang sempurna bukan? Fauzi juga punya kekurangan sih, dia terlalu tampan. 

(Halaman 16)

Makanya, Fauzi sengsara tidur sekamar dengan anak itu. Fauzi bisa tidur di ruangan gelap. Sedang Mas Marwan bisa tidur dengan lampu menyala! bagaimana coba? Tiap hari, ia harus berguling-guling dulu di kasur agar bisa tidur. 

Saat Mas Marwan tertidur, barulah ia bisa mematikan lampu dan bisa tidur. itu pun kalau Mas Marwan nggak tiba-tiba terbangun dan mengomel, meminta lampunya dinyalakan lagi.Dan kejadian itu terulang kembali. Fauzi kesal sekali pada kakaknya yang mau menang sendiri itu.

"Nggak bakal kumaafkan!" omelnya, sebelum tertidur lelap di tengah dengingan nyamuk ruang tengah.

(Halaman 17)

Keesokan harinya, Mas Marwan mendekati Fauzi dengan raut muka menyesal. "Maafkan Mas ya!"

Fauzi melengos. 

"Katanya, tidur di ruangan gelap banyak manfaatnya. Jadi, harus dibiasakan, Kak!" ujar Fauzi ketika mereka sedang sarapan di hari minggu pagi.
"Tahu, tidur di ruangan gelap bisa bikin nyenyak tidur, mengurangi stres.dan bikin hormon oksitoksin meningkat!"

"Tuh tahu, ayo dipaksa!"
"Tahu, tapi kalau tidur gelap-gelapan, Mas mimpi buruk,"  
"Iya, aku malah nggak bisa tidur karena Mas teriak-teriak!"

"Kita beli lampu tidur saja. Tapi, duit jajanku menipis!" keluh Marwan. 
"Sama!"


(Halaman 18)

Siang itu, mereka berdua berboncengan sepeda ke Pasar Kawak, mencari lampu tidur. Ternyata, lampu tidur harganya lumayan mahal. Mereka pulang dengan lesu. Mana siang bolong panas banget! 

"Aku mau bikin sendiri!" Fauzi masuk ke labnya.
Ia mencari-cari lampu LED kecil dan kabel di rak peralatan. Untunglah, Bapak punya colokan listrik dan tempat lampu. Juga beberapa kardus bekas. Fauzi membeli dudukan lampu tadi di pasar. 

"Sini, aku bantu!" teriak Marwan. 
"Ayo!" Fauzi menyodorkan kardus dan spidol warna-warni. "Mas hias saja kardusnya." katanya.

Fauzi tenggelam dalam kesibukannya. Ia memotong beberapa lembar kardus bekas berbentuk segi empat. Lalu, ia potong bagian tengah kardus untuk memasukkan dudukan lampu. Bagian bawah dudukan, ia pasang kabel untuk mencoloknya ke listrik. Tinggal pasang lampu LED deh!

(Halaman 19)

"Ini rumah lampunya!" Mas Marwan menyodorkan kardus yang kini berbentuk kotak persegi panjang dengan lubang berbentuk bintang-bintang dilapis kertas kado polos. Cakep banget!

Keduanya memasang lampu di bawahnya dan tadaa! Lampu tidur mereka jadi!

Fauzi meletakkan lampu tidur di meja kecil di sebelah tempat tidur. \Marwan mematikan lampu, cahaya lampu redup dari lampu tidur dari kardus nampak indah
 
"Kalau cahayanya ada aku bisa tidur" Kak Marawan tersenyum  
"Kalau cahayanya begini aku bisa tidur nyenyak!" balas Fauzi lega. 

"Aku bisa tetap gabung di proyekmu Kan?" Mas Marwan tersenyum. 
"Aku pikir-pikir dulu deh!"